Laman

Sabtu, 04 Februari 2012

Senandung asmara

                 Sayup-sayup angin yang berhembus, membawa sebuah ketenangan tersendiri, ketenangan yang tercipta di tengah tengah kegundahan hidup ini. Sandiwara nyata yang terus berputar dengan penuh rasa cinta, suka dan dukanya. Sandiwara yang terus bergulir seiring dengan berputarnya roda waktu yang telah menjadi penyebab utama pertemuan kita berdua,ya, tanpa perguliran waktu, dirimu tak akan hadir dalam drama kehidupanku ini. Pertemuan yang dapat meluluhkan hatiku, meracuni sifat egoisku, dan akirnya memunculkan slembar skenario indah di kehidupanku ini.
                 Air yang mengalir deras, dari hulu sungai, rasanya sudah cukup tuk menggambarkan perasaan ku padamu. Betapa derasnya pula rasa senang ini. Kegetiran hidup, serasa terkikis sedikit demi sedikit, ketika aku semakin dekat dengan dirimu. Bukan kedekatan raga yang kuhendaki, tapi, kedekatan ragaglah yang kumaksudkan. Biarlah, walaupun sekarang ku hanya bisa mencurahkan rasa hati ini kepada angin yang sedang berhembus semata, akan tetapi ku yakin, itu hanya akan menjadi sebuah cerita lama, cerita yang begitu memilukan, karna kelak akn ada dirimu disisi ku, sembari menyimak kemanisan cinta di hatiku yang telah ku konveksikan ke dalam rentetan tutur kata.
                 Kegalauan hati ini, pasti kan segera berakhir, kegalauan yang bermula dari sebuah kerinduan mendalam, yang saat ini telah mewarnai seluruh seantero relung hatiku.
            Terima kasih matahari, kau telah megajarkan dirikuuntuk selalu mengejar sang rembulan. Terima kasih pula, kepada bintang, yang selama ini memberi sebuah petuah. Petuah yang berupa perbuatan untuk selalu setya menemani rembulan. Permanentkanlah rasa yang sekarang merajalelai hatimu, serta dekaplah aku di istana jiwamu. Seperti diriku, yang telah membenamkan bayanganmu di dalam sanubariku, bukan untuk sementara waktu, tapi hingga waktu kan menjemputku.